[ SO GOOD BYE ]
Bersandar
di sebuah tembok sebagai pembatas kami untuk berbicara, rasa rindu yang dalam
karna tak bisa melihat wajahnya yang tampan.
Rasanya aku ingin membunuh
waktu, agar kau tidak pergi. walau aku berkata “ I’m fina “ tapi sebenarnya “ I’m
not fine” ( gadis )
Hah…..hidup itu melelahkan.
Bagaimana kabarmu ? apa kau baik baik saja? Apa kau merasa kesepian saat aku
tidak di sana?
Aku kesepian, hatiku
terluka, jiwaku terasa mati….saat kau tidak ada di sini ( gadis )
Benarkah?
Ya aku bilang “ iya” aku
kesepian. Jika berakhir seperti ini. Kenapa dari awal kau memberikan perasaanmu
padaku ( gadis)
Kau bodoh
APA!!! ( gadis)
Bodoh…bodoh…dasar bodoh…
Kau! Ya aku memang bodoh
kenapa! Jika aku bodoh kenapa kau menyukaiku! Jika mau pergi pergi saja sana! (
gadis )
Kau tidak akan menyesal
Tidak! Tidak akan pernah! (
gadis )
Baiklah…kalau begitu sampai
jumpa di kehidupan selanjutnya….kumohon lupakan aku jangan biarkan perasaanku
mempengaruhimu, selamat tinggal. “ aku mencintaimu rin…”
aku begitu bodoh sampai
tidak menyadari perasaanmu…maafkan aku….hey..hey! kumohon jawab aku….kau sudah
pergi ya….(gadis)
GOOD BYE
Dengan mempercepat langkah kakiku serta tangan yang kubuka
lebar lebar di atas kepalaku guna menghindari hujan. Namaku riney yang berarti
hujan tapi entah kenapa aku sangat membenci hujan tapi….itulah yang dikatakan
kakekku. Kakekku adalah orang yang pelit…..sangat pelit…super super pelit
walaupun begitu ia tetaplah kakekku. Pernah suatu hari aku meminta pada kakekku
untuk membelikanku sepeda, tapi ia menolak alasannya tidak memiliki uang.
Padahal uangnya lebih banyak dari yang aku bayangkan tersembunyi di balik kaos
kakinya. Begitu dendamnya aku pada kakekku sampai sampai aku pernah
membalasnya. Waktu itu dihari ulang tahunnya aku memberikan kaos kaki sebagai
kadonya yang kuambil dari jemurannya. Itu adalah kaos kaki yang sama yang
dipakainya setiap hari hanya saja aku sedikit menggambarinya agar terlihat
baru.
“ seharusnya kau tidak melakukan itu”
“ biar saja, bahkan kakek tidak memberiku uang untuk
kadonya”
“ kau ini!”
“ bu?”
“ ya?”
“ bukankah diawal cerita aku sedang berlari menghindari
hujan, lalu kenapa aku disini? Kenapa aku bercerita tentang kakekku?”
“ jangan mengubah topic pembicaraan” jawab guru BKku yang kubalas dengan bibir yang
menggerut.
---o0o---
Setelah keluar dari ruang BP aku menuju ke kantin untuk
menemui kiki. Sambil menggotong gotong tasku kesana kemari. Aku menghampirinya
dan merebut kopinya, kemudian ia bertanya padaku
“ bagaimana? Kau mendapat sanksi?”
“ entahlah” jawabku dengan enteng sambil merebut dan meminum
kopi kiki.
Kiki adalah temanku sejak kecil, wajahnya sih cukup tampan
tapi tidak terlalu tinggi. Menurutku…
“ sudah kubilang untuk ikut kau malah memilih untuk dirumah”
“ biarlah lagi pula waktu sudah berlalukan”
“ seharusnya kau mendengarkan nasehat pria tampan di depanmu
ini, aku harap di masa depan kau tidak akan mengalami penyesalan seperti ini lagi”
“ kau tahu…perutku sakit saat kau berkata nasehat pria
tampan.” Kataku datar tanpa ekspresi. “ ki, dari pada lo bawel terus….ini baca
cerita gw” kataku sambil menyerahkan lembaran berisi cerita yang telah ku ketik
itu.
“ tidak mau…ceritamu jelek “
“ argh….baca atau….” Sambil menunjuk mtaku dengan jari tengah dan jari telunjukku kemudian
kulemparkan padanya. Dan pergi meninggalkannya
Teng teng teng….bunyi bel sekolah yang menandakan jam
pertama dimulai. Dengan gesa gesa serta cara jalan yang dibuat buat dengan
setengah melompat. Menyengir tidak jelas kearah kiki yang dibuat bingung dengan
tingkah anehku.
“ bagaiman?” Tanya ku sambil mengangkat alis.
“ buruk…sangat buruk…”
Spontan ekspresi ku yang awalnya ceria berubah datar dengan
tatapan mata yang tidak semangat setelah mendengar jawaban dari kiki. Dan
kembali kekursiku
Setelah jam pertama sampai keempat selesai bel istirahat
berbunyi. diriku yang kesal dengan jawaban kiki yang mengatakan ceritanya jelek
pun melampiaskannya dengan bermain bola basket.
Satu lemparan…… tidak masuk
Dua lemparan…… tidak masuk
Tiga
lemparan…… tidak masuk ….sampai enam lemparan pun juga tidak masuk dan itu
menambah kesal ku, dan lemparan ketujuh pun meleset. Bola terlempar jauh
kebelakangku. Tiba tiba sebuah suara mengejutkanku.